Gambar diambil dari :
http://movie-wallpapers.org/pictures/F/facing-the-giants/facing-the-giants_000.jpg
Topic starter : Rabu, 28 Juli 2010 (10:52 am)
"Facing The Giants" adalah film tentang seorang pelatih football, Grant Taylor, di sebuah SMA yang prestasi tim asuhannya ngga bisa dibilang membanggakan, kalo ngga mo dibilang menyedihkan :p
Musim yang baru dimulai dengan kepergian bintang lapangan mereka ke sekolah saingan karena sang murid menganggap tidak ada masa depan di sekolahnya yang dulu dan kesempatan untuk memperoleh beasiswa pun bisa melayang.
Lengkaplah musim yang baru itu dimulai dengan suasana muram karena keputusasaan melingkupi semua anggota tim yang tersisa karena sang bintang yang pindah itulah yang mencetak 1/3 dari total skor mereka selama pertandingan! Nah lhoo.. selama ada tuh bintang aja prestasi mereka kembang kempis, gimana kalo sang bintang pindah? Kebayang ngga sih betapa suramnya masa depan tuh tim?
Ngga hanya para pemain, sang pelatih dan asisten pun pesimis menatap musim yang akan mulai berjalan, dan bukannya mengolah strategi untuk menang melawan tiap lawan, mereka malah sudah mematok duluan kemungkinan menang yang dapat mereka raih menghadapi tim2 yang lebih lemah dari mereka sementara untuk tim2 kuat, mereka udah pasrah duluan dan kalah sebelum bertanding.
Cobaan demi cobaan menghadang langkah sang pelatih. Tak cukup dipusingkan dengan masalah rumahnya yang mengalami kerusakan di sana sini, mobil yang lebih sering mogok dibanding berfungsi dengan benar, belon lagi harus menerima kenyataan bahwa selama 4 tahun menikah, ternyata dirinyalah penyebab mengapa mereka masih belum mempunyai keturunan.
Sang pelatih bertanya pada istrinya, "If we can't have children, will you still love Him?" karena ia tau betapa istrinya amat sangat menginginkan anak dan telah berulang kali memeriksakan diri ke dokter, berharap mengetahui apa ada yang salah dengan kandungannya.
Badai belum berhenti menerpa ketika secara ngga sengaja, sang pelatih mendengar percakapan rahasia antara asisten2nya dengan para orangtua murid yang menginginkan agar sang pelatih lengser dari kedudukannya agar anak2 mereka mempunyai masa depan yang lebih cerah.
Segala masalah yang datang secara bersamaan membuat hatinya terhimpit dan beratnya beban yang harus ditanggungnya membuatnya berpaling dan berseru pada Tuhan, ia mulai lebih sering membuka Alkitab untuk mencari kata2 untuk menguatkan dan menghiburnya, dan matanya terbukakan ketika ia menyadari bahwa selama ini filosofi yang dipegangnya itu salah.
"Lord Jesus, would you help me? I need you. Lord, I feel that there are giants of fear and failure staring down at me, waiting to crush me. And I don't know how to beat 'em, Lord. I'm tired of being afraid. Lord, if you want me to do something else, show me. If you don't want me to have children, so be it. But You're my God. You're on the throne. You can have my hopes and my dreams. Lord, give me something. Show me something."
Di tengah kegundahan, salah seorang guru di sekolah itu datang menghampiri sang pelatih dan mengatakan ayat yang diambil dari kitab Wahyu 3:7-8.
Wahyu 3:7 -> "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia : Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Wahyu 3:8 -> Aku tahu segala pekerjaanmu : lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
Guru itu melanjutkan, "I heard of a story of two farmers praying to God for rain to come. Both prayed but only one prepared the land. Who do you think trusted God more to send the rain?"
Kata2 itu semakin menguatkan sang pelatih di tengah kegundahannya. Dengan semangat baru, sang pelatih mulai menyusun filosofi baru untuk tim-nya. Sang pelatih menanyakan kepada murid2 asuhannya, tim mana yang memenangkan pertandingan 10 tahun yang lalu, tidak ada yang bisa menjawab dengan benar. Dan ketika ia menanyakan apa tujuan mereka bertanding, kebanyakan menjawab mereka bertanding untuk menang, sang pelatih tidak setuju.
Apa sang pelatih tidak ingin menang?
Sang pelatih menggeleng, "No. Not if that's our main goal. Winning football games is too small a thing to live for. And I love football as much as anybody. But even championship trophies will collect dust and one day be forgotten. It's just that so far this has all been about us; how we can look good, how we can get the glory. The more I read this book, the more I realize that life's not about us. We're not here to get glory, make money, and die. The Bible says that God put us here for Him. To honour Him. Jesus said that the most important thing you can do with your life is to love God with everything you are, to love others and yourself. So if we win every game and we miss that, we've done nothing. Football then means nothing. So I'm here to present you a new team philosophy. I think that football is just one of the tools we use to honor God."
Salah satu pemain menyeletuk, "Memang menurutmu Tuhan peduli githu ama football?"
Sang pelatih tersenyum, "I think He cares about your faith. He cares about where your heart is. And if you can live your faith out on the football field then yes, God cares about football because He cares about you. He sent His son Jesus to die for us so we could live for Him. That's why we're here. But see, it's not just on the football field; we've got to honor Him in our relationships, our respect for authority, in the classroom, and when you're at home alone surfing the internet. I want God to bless this team so much that people talk about what He did. But it means we got to give Him our best in every area. If we win, we praise Him. And if we loose, we praise Him. Either way, we honour Him with our actions and our attitudes. So I'm asking you: what are you living for? I've resolved to give God everything I've got. Then I'll leave the results up to Him. I want to know if you'll join me?"
Semangat baru ini mulai membakar para pemain, terlebih ketika mereka sendiri kemampuan kapten tim mereka yang mampu merangkak di lapangan sambil menggendong rekan mereka hingga ujung lapangan ketika ia mengerahkan seluruh kemampuannya dan melaju dengan mata tertutup sambil terus disemangati oleh sang pelatih setiap kali ia mau menyerah. Padahal sebelumnya itu sang kapten selalu menyerah dan menjadi yang terbelakang tiap kali mereka latihan.
Satu demi satu mereka mulai memetik kemenangan. Namun perjuangan mereka harus terhenti ketika mereka kalah (wahh.. DVD gua nge-hang pas bagian ini, ahahaha, gua taunya dari hasil browsing sana sini nyari referensi :p) tapi mereka tetap pada keputusan awal mereka bahwa menang ataupun kalah, mereka akan tetap memuliakan Tuhan karena mereka telah memberikan yang terbaik.
Tapi Tuhan kembali membuka jalan bagi mereka menuju State Championship karena ternyata salah satu tim yang menang itu terbukti curang karenanya didiskualifikasikan dan tim mereka masuk ke putaran selanjutnya, horee..
Dan di final mereka berhadapan dengan tim yang telah 3 tahun berturut2 memenangkan pertandingan dan tim juara ini memiliki 85 anggota sementara tim mereka hanya berjumlah 32 orang. Mereka jelas kalah kuat dan kalah jumlah, dan di babak awal mereka babak belur menghadapi tim juara ini.
Semangat mulai menurun, sang pelatih mengatakan, "We weren't supposed to have a winning season, but we do. We weren't supposed to advance to the playoffs, but we did. We're not supposed to be here, but we are."
Tanggung bangets kalo menyerah sekarang karena mereka telah menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke titik di mana mereka berada sekarang. Jadi yang bisa mereka lakukan adalah tetap berusaha sekeras mungkin dan terus berusaha hingga pertandingan berakhir. Menang atau kalah, itu bukan urusan mereka lagi selagi mereka telah mempersembahkan yang terbaik bagiNya.
Dan di detik2 menjelang akhir pertandingan di mana tim mereka masih tertinggal sekian poin dari tim lawan, harapan tertumpu pada anggota baru tim mereka yang spesialis menendang bola tapi jarak yang menjadi tujuannya di tengah pertandingan ini jauh melebihi prestasi yang pernah diukirnya dan kembali masalah kepercayaan diri menerpa sang pemain. Sang pelatih meyakinkan sang pemain bahwa Tuhan mampu melakukan hal2 yang luar biasa, yang harus dilakukan sang pemain adalah mempercayaiNya untuk bekerja dalam dirinya. Dan tendangan spektakuler yang dilakukan sang pemain membawa mereka memenangi pertandingan!
Dalam doa merayakan kemenangan, sang pelatih mengingatkan, "God can do whatever He wants to do, however He wants to do it. And He chooses to work in our lives because He loves us. He's good. Hope today's a milestone for what He can do for the rest of your life if you trust Him."
Nothing is impossible with God!
Oh iya, ngga hanya soal pertandingan, sang pelatih juga membantu membereskan persoalan salah seorang pemain dengan ayahnya.
Sang pelatih memberitahu anak didiknya, "Scripture says to honor your parents, and all you do is complain."
Sang anak protes, "All he does is boss me around. He doesn't even try to understand me."
Dengan sabar sang pelatih berujar, "Matt, you can't judge your father by his actions and then judge yourself by your intentions. It doesn't work that way. You're not responsible for him. You're responsible for you. You honor God by honoring your authority."
Sang anakpun meminta maaf pada sang ayah dan hubungan antara orangtua dan anak yang sempat tegang itupun menjadi pulih.
Buat yang terbiasa menonton film2 Hollywood, terutama yang berbudget besar, tentunya akan dengan cepat menemukan kekurangan di sana sini, baik dari segi akting para pemainnya ataupun loncatan dari satu adegan ke adegan berikutnya yang terkadang terasa ngga 'nyatu'.
Tapi tetapp.. kalo berbicara soal "pesan" yang bisa kita ambil setelah nonton, film ini termasuk salah satu film dengan pesan yang kuat.
Semoga bisa menguatkan iman yang sedang lemah. Dan mungkin ada baiknya turut mempertanyakan ke diri sendiri, "Jika Tuhan ngga memberikan apa yang amat kita inginkan, bisakah kita tetap mencintaiNya? Ataukah selama ini kita mencintaiNya hanya karena Dia selalu memberikan apa yang kita pinta dalam namaNya?", gua pikir pertanyaan ini bagus buat bahan renungan untuk meletakkan landasan yang benar dalam mengikutiNya ;)
Buat yang belon nonton, jangan lupa nonton yaa.. don't forget to prepare the land karena soal hujan itu jatahnya Tuhan, just wait for the rain to fall, tapi sementara menunggu, ngga ada salahnya mulai mempersiapkan lahan dari sekarang ;)
Semoga kita senantiasa menyadari berkat yang telah diberikanNya dalam hidup kita!
Happy Wednesday!
Most quotes are taken from Facing The Giants' quotes.
"Facing The Giants" adalah film tentang seorang pelatih football, Grant Taylor, di sebuah SMA yang prestasi tim asuhannya ngga bisa dibilang membanggakan, kalo ngga mo dibilang menyedihkan :p
Musim yang baru dimulai dengan kepergian bintang lapangan mereka ke sekolah saingan karena sang murid menganggap tidak ada masa depan di sekolahnya yang dulu dan kesempatan untuk memperoleh beasiswa pun bisa melayang.
Lengkaplah musim yang baru itu dimulai dengan suasana muram karena keputusasaan melingkupi semua anggota tim yang tersisa karena sang bintang yang pindah itulah yang mencetak 1/3 dari total skor mereka selama pertandingan! Nah lhoo.. selama ada tuh bintang aja prestasi mereka kembang kempis, gimana kalo sang bintang pindah? Kebayang ngga sih betapa suramnya masa depan tuh tim?
Ngga hanya para pemain, sang pelatih dan asisten pun pesimis menatap musim yang akan mulai berjalan, dan bukannya mengolah strategi untuk menang melawan tiap lawan, mereka malah sudah mematok duluan kemungkinan menang yang dapat mereka raih menghadapi tim2 yang lebih lemah dari mereka sementara untuk tim2 kuat, mereka udah pasrah duluan dan kalah sebelum bertanding.
Cobaan demi cobaan menghadang langkah sang pelatih. Tak cukup dipusingkan dengan masalah rumahnya yang mengalami kerusakan di sana sini, mobil yang lebih sering mogok dibanding berfungsi dengan benar, belon lagi harus menerima kenyataan bahwa selama 4 tahun menikah, ternyata dirinyalah penyebab mengapa mereka masih belum mempunyai keturunan.
Sang pelatih bertanya pada istrinya, "If we can't have children, will you still love Him?" karena ia tau betapa istrinya amat sangat menginginkan anak dan telah berulang kali memeriksakan diri ke dokter, berharap mengetahui apa ada yang salah dengan kandungannya.
Badai belum berhenti menerpa ketika secara ngga sengaja, sang pelatih mendengar percakapan rahasia antara asisten2nya dengan para orangtua murid yang menginginkan agar sang pelatih lengser dari kedudukannya agar anak2 mereka mempunyai masa depan yang lebih cerah.
Segala masalah yang datang secara bersamaan membuat hatinya terhimpit dan beratnya beban yang harus ditanggungnya membuatnya berpaling dan berseru pada Tuhan, ia mulai lebih sering membuka Alkitab untuk mencari kata2 untuk menguatkan dan menghiburnya, dan matanya terbukakan ketika ia menyadari bahwa selama ini filosofi yang dipegangnya itu salah.
"Lord Jesus, would you help me? I need you. Lord, I feel that there are giants of fear and failure staring down at me, waiting to crush me. And I don't know how to beat 'em, Lord. I'm tired of being afraid. Lord, if you want me to do something else, show me. If you don't want me to have children, so be it. But You're my God. You're on the throne. You can have my hopes and my dreams. Lord, give me something. Show me something."
Di tengah kegundahan, salah seorang guru di sekolah itu datang menghampiri sang pelatih dan mengatakan ayat yang diambil dari kitab Wahyu 3:7-8.
Wahyu 3:7 -> "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia : Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Wahyu 3:8 -> Aku tahu segala pekerjaanmu : lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
Guru itu melanjutkan, "I heard of a story of two farmers praying to God for rain to come. Both prayed but only one prepared the land. Who do you think trusted God more to send the rain?"
Kata2 itu semakin menguatkan sang pelatih di tengah kegundahannya. Dengan semangat baru, sang pelatih mulai menyusun filosofi baru untuk tim-nya. Sang pelatih menanyakan kepada murid2 asuhannya, tim mana yang memenangkan pertandingan 10 tahun yang lalu, tidak ada yang bisa menjawab dengan benar. Dan ketika ia menanyakan apa tujuan mereka bertanding, kebanyakan menjawab mereka bertanding untuk menang, sang pelatih tidak setuju.
Apa sang pelatih tidak ingin menang?
Sang pelatih menggeleng, "No. Not if that's our main goal. Winning football games is too small a thing to live for. And I love football as much as anybody. But even championship trophies will collect dust and one day be forgotten. It's just that so far this has all been about us; how we can look good, how we can get the glory. The more I read this book, the more I realize that life's not about us. We're not here to get glory, make money, and die. The Bible says that God put us here for Him. To honour Him. Jesus said that the most important thing you can do with your life is to love God with everything you are, to love others and yourself. So if we win every game and we miss that, we've done nothing. Football then means nothing. So I'm here to present you a new team philosophy. I think that football is just one of the tools we use to honor God."
Salah satu pemain menyeletuk, "Memang menurutmu Tuhan peduli githu ama football?"
Sang pelatih tersenyum, "I think He cares about your faith. He cares about where your heart is. And if you can live your faith out on the football field then yes, God cares about football because He cares about you. He sent His son Jesus to die for us so we could live for Him. That's why we're here. But see, it's not just on the football field; we've got to honor Him in our relationships, our respect for authority, in the classroom, and when you're at home alone surfing the internet. I want God to bless this team so much that people talk about what He did. But it means we got to give Him our best in every area. If we win, we praise Him. And if we loose, we praise Him. Either way, we honour Him with our actions and our attitudes. So I'm asking you: what are you living for? I've resolved to give God everything I've got. Then I'll leave the results up to Him. I want to know if you'll join me?"
Semangat baru ini mulai membakar para pemain, terlebih ketika mereka sendiri kemampuan kapten tim mereka yang mampu merangkak di lapangan sambil menggendong rekan mereka hingga ujung lapangan ketika ia mengerahkan seluruh kemampuannya dan melaju dengan mata tertutup sambil terus disemangati oleh sang pelatih setiap kali ia mau menyerah. Padahal sebelumnya itu sang kapten selalu menyerah dan menjadi yang terbelakang tiap kali mereka latihan.
Satu demi satu mereka mulai memetik kemenangan. Namun perjuangan mereka harus terhenti ketika mereka kalah (wahh.. DVD gua nge-hang pas bagian ini, ahahaha, gua taunya dari hasil browsing sana sini nyari referensi :p) tapi mereka tetap pada keputusan awal mereka bahwa menang ataupun kalah, mereka akan tetap memuliakan Tuhan karena mereka telah memberikan yang terbaik.
Tapi Tuhan kembali membuka jalan bagi mereka menuju State Championship karena ternyata salah satu tim yang menang itu terbukti curang karenanya didiskualifikasikan dan tim mereka masuk ke putaran selanjutnya, horee..
Dan di final mereka berhadapan dengan tim yang telah 3 tahun berturut2 memenangkan pertandingan dan tim juara ini memiliki 85 anggota sementara tim mereka hanya berjumlah 32 orang. Mereka jelas kalah kuat dan kalah jumlah, dan di babak awal mereka babak belur menghadapi tim juara ini.
Semangat mulai menurun, sang pelatih mengatakan, "We weren't supposed to have a winning season, but we do. We weren't supposed to advance to the playoffs, but we did. We're not supposed to be here, but we are."
Tanggung bangets kalo menyerah sekarang karena mereka telah menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke titik di mana mereka berada sekarang. Jadi yang bisa mereka lakukan adalah tetap berusaha sekeras mungkin dan terus berusaha hingga pertandingan berakhir. Menang atau kalah, itu bukan urusan mereka lagi selagi mereka telah mempersembahkan yang terbaik bagiNya.
Dan di detik2 menjelang akhir pertandingan di mana tim mereka masih tertinggal sekian poin dari tim lawan, harapan tertumpu pada anggota baru tim mereka yang spesialis menendang bola tapi jarak yang menjadi tujuannya di tengah pertandingan ini jauh melebihi prestasi yang pernah diukirnya dan kembali masalah kepercayaan diri menerpa sang pemain. Sang pelatih meyakinkan sang pemain bahwa Tuhan mampu melakukan hal2 yang luar biasa, yang harus dilakukan sang pemain adalah mempercayaiNya untuk bekerja dalam dirinya. Dan tendangan spektakuler yang dilakukan sang pemain membawa mereka memenangi pertandingan!
Dalam doa merayakan kemenangan, sang pelatih mengingatkan, "God can do whatever He wants to do, however He wants to do it. And He chooses to work in our lives because He loves us. He's good. Hope today's a milestone for what He can do for the rest of your life if you trust Him."
Nothing is impossible with God!
Oh iya, ngga hanya soal pertandingan, sang pelatih juga membantu membereskan persoalan salah seorang pemain dengan ayahnya.
Sang pelatih memberitahu anak didiknya, "Scripture says to honor your parents, and all you do is complain."
Sang anak protes, "All he does is boss me around. He doesn't even try to understand me."
Dengan sabar sang pelatih berujar, "Matt, you can't judge your father by his actions and then judge yourself by your intentions. It doesn't work that way. You're not responsible for him. You're responsible for you. You honor God by honoring your authority."
Sang anakpun meminta maaf pada sang ayah dan hubungan antara orangtua dan anak yang sempat tegang itupun menjadi pulih.
Buat yang terbiasa menonton film2 Hollywood, terutama yang berbudget besar, tentunya akan dengan cepat menemukan kekurangan di sana sini, baik dari segi akting para pemainnya ataupun loncatan dari satu adegan ke adegan berikutnya yang terkadang terasa ngga 'nyatu'.
Tapi tetapp.. kalo berbicara soal "pesan" yang bisa kita ambil setelah nonton, film ini termasuk salah satu film dengan pesan yang kuat.
Semoga bisa menguatkan iman yang sedang lemah. Dan mungkin ada baiknya turut mempertanyakan ke diri sendiri, "Jika Tuhan ngga memberikan apa yang amat kita inginkan, bisakah kita tetap mencintaiNya? Ataukah selama ini kita mencintaiNya hanya karena Dia selalu memberikan apa yang kita pinta dalam namaNya?", gua pikir pertanyaan ini bagus buat bahan renungan untuk meletakkan landasan yang benar dalam mengikutiNya ;)
Buat yang belon nonton, jangan lupa nonton yaa.. don't forget to prepare the land karena soal hujan itu jatahnya Tuhan, just wait for the rain to fall, tapi sementara menunggu, ngga ada salahnya mulai mempersiapkan lahan dari sekarang ;)
Semoga kita senantiasa menyadari berkat yang telah diberikanNya dalam hidup kita!
Happy Wednesday!
Most quotes are taken from Facing The Giants' quotes.
Topic ended : Rabu, 28 Juli 2010 (1:07 pm)
-Indah-
the soul traveller
0 raindrops:
Post a Comment
thank you for coming and reading.. would love to hear your thoughts on the related post ;)