~when everything seems like it's falling apart, that's when God is putting things together just the way He wants it~ (unknown)
RSS

Thursday, April 5, 2012

Books : Railway Children - E. Nesbit

Gambar diambil dari : koleksi buku pribadi
"The Railway Children" (Anak-Anak Kereta Api) by E. Nesbit
Alihbahasa : Widya Kirana
Desain & ilustrasi sampul : Satya Utama Jadi
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua : Juni 2010
312 halaman, 20 cm
ISBN : 978-979-22-5257-6


Kamis 5/4 (9:40 am)


"Tidakkah lebih baik kalau kita bayangkan diri kita sebagai tokoh2 cerita yang ditulis oleh Tuhan? Kalau Ibu yang menulis cerita, mungkin Ibu akan membuat kesalahan. Tapi kalau Tuhan yang jadi Sang Pengarang, Tuhan tahu bagaimana mengakhiri sebuah cerita dengan sebaik2nya - yang terbaik bagi kita semua."


"Ibu sungguh2 percaya akan itu?" tanya Peter lirih.


"Ya, Ibu percaya, hampir selalu percaya, kecuali bila Ibu sedang sedih sekali dan rasanya takkan bisa mempercayainya. Ibu tahu itu semua benar, dan akhirnya Ibu berusaha memercayainya. Kau tak tahu, Peter, betapa Ibu selalu berusaha memercayai dan menerima, bahwa kehendak Tuhan selalu yang terbaik bagi kita."


(dikutip dari halaman 284)


Dari buku setebal 309 halaman ini, entah mengapa kata2 di halaman 284 itu paling berkesan buat gua. Coba dhe kalian baca ulang lagi dan resapi pelan2.


Kata2 di atas mudah diucapkan ketika segala sesuatu berjalan sesuai yang diharapkan. Lho, memangnya ada apa dengan keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan ketiga orang anaknya, Roberta, Peter dan Phyllis?


Itu akan membawa kita ke awal cerita di mana keluarga ini hidup bahagia di Vila Edgecombe, kehidupan yang serba berkecukupan, sampai suatu malam mereka kedatangan dua tamu yang membawa ayah mereka pergi dan untuk beberapa saat lamanya, tidak hanya mereka tidak bisa bertemu dengan Ayah, hari2 di Vila Edgecombe pun harus berakhir.


Tanpa penjelasan, Ibu memberitahu singkat bahwa mereka akan pindah dan hanya barang2 yang berguna saja yang akan mereka bawa, sisanya ditinggalkan tanpa tahu kapan akan bisa mereka pergunakan lagi.


Dari tempat yang penuh hiruk pikuk dan bising, mereka pindah ke daerah pedesaan yang tenang, dan tinggal dekat sekali dengan rel kereta api. Setelah terbiasa mengamati, mereka akhirnya mengetahui jadwal kedatangan kereta serta suka sekali melambai2kan tangan kepada para penumpang yang ada di dalam kereta yang melaju cepat. Salah seorang penumpang, seorang bapak tua, membalas lambaian tangan mereka dan secara rutin mereka saling berbalasan lambaian walaupun tidak mengetahui nama masing2.


Berkat Pak Tua juga, mereka bisa mendapatkan berbagai macam barang kebutuhan seperti yang diresepkan dokter agar ibu mereka yang sedang sakit bisa cepat sembuh.


Ketiga bersaudara itu mengalami hari2 yang menyenangkan dan berteman dengan banyak orang di sekitar tempat mereka tinggal. Sesekali ada di antara mereka yang berbuat salah untuk alasan yang benar, seperti misalnya ketika Peter mencuri persediaan batu bara di stasiun kereta api karena mereka kini miskin dan batu bara pada jaman itu mahal harganya, hingga mereka tidak bisa seenaknya menyalakan perapian kalau tidak terpaksa.


Tapi perbuatan salah, tetap saja salah, walau dilakukan untuk alasan yang benar. Pak Kepala Stasiun suatu hari menangkap basah Peter yang sedang mencuri, ia menasihati anak2 tersebut bahwa apa yang mereka lakukan itu salah namun ia tidak menghukum mereka karena anak2 tersebut tampaknya sudah menyadari bahwa yang mereka lakukan memang mencuri, walau Peter memakai istilah "menambang".


Kehidupan di Pondok Tiga Cerobong tidak bisa dikatakan membosankan, karena ada saja kejadian yang dialami ketiga bersaudara ini. Seperti misalnya ketika ada penumpang gelap yang tidak bisa berbahasa Inggris membuat keributan di stasiun karena tidak punya tiket, dia tampak ketakutan dan berusaha menjelaskan situasi namun tidak ada yang mengerti. 


Barulah ketika Ibu datang dan mengajak ngobrol orang itu, ternyata dia adalah penulis terkenal asal Rusia yang banyak menulis buku2 tentang kemiskinan yang tidak disukai pemerintah. Karenanya dia ditangkap dan dipenjara, namun berhasil melarikan diri untuk menemui istri dan anak2nya. Tapi ia kehilangan tiket dan dompetnya. Berkat bantuan Pak Tua yang ternyata mempunyai koneksi yang luas, orang Rusia ini berhasil berkumpul kembali dengan keluarganya. 


Di samping itu, Roberta (atau yang lebih sering dipanggil dengan nama Bobbie) beserta Peter dan Phyllis menjadi trio penyelamat kereta api karena mereka melihat longsoran batu dan memperingatkan kereta agar tidak melintas di jalur tersebut, dengan demikian kereta tersebut berhasil terhindar dari kecelakaan. Berbekal rok dalam merah dan ranting muda yang cukup panjang, mereka berhasil membuat enam bendera kecil untuk dilambai2kan agar menarik perhatian Pak Masinis dan Juru Api agar menghentikan kereta.


Dari berbagai orang yang mereka temui dan berkawan, orang yang paling mereka sukai adalah Pak Perks, portir statiun. Suatu hari Pak Perks bercerita bahwa ia tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Mendengar hal itu, tiga bersaudara ini memutuskan untuk merayakan ultah Pak Perks. Selain hadiah dari mereka sendiri, ketiganya berkeliling desa mencari orang2 yang juga mau memberi Pak Perks hadiah.


Ibu sudah mengingatkan mereka bahwa apa yang mereka lakukan mungkin menyinggung Pak Perks, karena biar miskin, tentunya Pak Perks tidak ingin dikasihani. Dan apa yang Ibu katakan benar, pertama melihat hadiah2 yang dibawa tiga bersaudara ini, Pak Perks marah dan merasa terhina karena dipikirnya orang2 jatuh iba padanya maka mereka menyumbangkan hadiah.


"Keluar!" teriaknya. "Keluar! Dan katakan maksud kalian sesungguhnya! Aku tidak pernah mengeluh pada kalian, mengeluh kekurangan atau merasa miskin. Jadi, apa maksud semua belas kasihan ini, he?!"


"Oh!" Phyllis memekik tertahan. "Saya kira Anda akan senang sekali. Saya kapok, saya takkan pernah lagi berbuat baik pada orang lain, seumur hidup. Tidak, takkan pernah lagi."


(dikutip dari halaman 197)


Maksud yang baik, belum tentu hasil akhirnya itu sesuai dengan apa yang diharapkan juga, iya khan? Beruntunglah setelah sedikit kesalahpahaman yang berhasil diselesaikan dengan baik, maksud baik ketiga anak ini pun tersampaikan dengan baik pula :))


Ketiga anak tersebut sudah berhenti bertanya2 mengenai keberadaan Ayah. Bobbie yang paling pertama berhenti melakukannya, bukan karena ia tidak kangen dengan Ayah, tapi lebih karena ia melihat Ibu sedih tiap kali membicarakan Ayah, dan Bobbie tidak ingin Ibu sedih, karenanya ia tidak pernah lagi menyinggung tentang Ayah ketika Ibu ada bersama mereka. Peter serta Phyllis juga sedikit banyak mulai merasa, karenanya mereka juga tidak lagi berbicara mengenai Ayah di hadapan Ibu, hal yang membuat Ibu bertanya2 apakah ketiga anaknya itu telah melupakan Ayah mereka?


Suatu hari, secara tidak sengaja Bobbie menemukan "rahasia" di balik menghilangnya Ayah. Bobbie tidak percaya semua yang dituduhkan ke Ayah, walau Ayah diputuskan bersalah oleh pengadilan karena menjual rahasia negara dan sebagai hukuman, Ayah harus menjalani 5 tahun kerja sosial. Bobbie sedih sekali, ia meminta bantuan Pak Tua untuk mencari dalang sebenarnya di balik penangkapan Ayah. Ibu meminta Bobbie menjaga rahasia ini dan tidak membaginya dengan Peter dan Phyllis.


Menjelang akhir cerita, ada satu lagi kejadian, ketika Bobbie menunggu di dalam terowongan kereta api untuk menemani anjing berkaus merah, well.. bukan anjing beneran sih, tapi orang yang berperan sebagai "anjing" pemburu "kelinci" (kelinci-nya juga bukan kelinci beneran, haha :p) yang mengalami kecelakaan di dalam terowongan. Untung saja ketiga anak ini iseng menghitung jumlah "anjing" yang masuk ke dalam terowongan dan ketika menunggu di pintu keluar terowongan, mereka menyadari ada satu "anjing" berkaus merah yang belum juga keluar walau teman2nya sudah lama berlalu.


Ternyataa.. si kaus merah itu adalah cucunya Pak Tua boo! What a small world (di dalam cerita) yaa, hahaha :)) Ibu untuk sementara merawat cucu Pak Tua sampai sembuh benar.


Kesabaran serta kebaikan hati ketiga anak beserta ibu mereka menemui akhiran manis ketika Ayah pulang kembali untuk berkumpul bersama dengan keluarganya, yeaahh..


Welcome back (to the new) home, Ayah!


And "The Railway Children" pun selesai gua baca, hahaha.. versi cetak ulang Gramedia ini baru pertama gua baca, ini juga nemunya secara ngga sengaja karena gua ngga tau Gramedia mencetak ulang nih buku! Mana stok-nya tinggal satu pulaa, jadi gua amat sangat berbahagia karena "The Railway Children" masih memilih gua untuk menjadi pembaca setianya, hihihi..


Di samping "The Railway Children", kebetulan gua sempat membaca buku E. Nesbit lainnya, satu yang gua suka dalam gaya berceritanya adalah.. dia seolah2 menjadi tokoh juga dalam ceritanya itu.


Semisal seperti yang ada di halaman 39.


"Lebih asyik daripada lokomotif mainan, kan?" kata Roberta.


(Aku bosan menyebut Roberta dengan nama lengkapnya. Tak ada keharusan, bukan? Orang lain tak pernah memanggilnya begitu. Semua memanggilnya Bobbie. Jadi, apa salahnya jika aku juga menyebutnya Bobbie?)


Contoh lainnya di penghujung cerita di halaman 309.


Ayah melangkah masuk dan pintu menutup di belakangnya. Kurasa sebaiknya kita tidak membuka pintu itu dan mengikutinya ke dalam. Kurasa, saat ini, kehadiran kita di sana hanya akan mengganggu. Yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah mundur perlahan2, lalu pergi diam2. Di ujung padang rumput, di antara pucuk2 rerumputan yang keemasan, di antara bunga2 lonceng biru, mawar gipsy, dan bunga St. John's Wort, di sana.. mungkin kita bisa menoleh sekali lagi, menoleh ke arah rumah bercat putih dengan tiga cerobong asap di atasnya. Yah, kehadiran kita atau siapapun juga, tak diinginkan lagi di sana, saat ini..


Gaya bercerita seperti ini buat gua menarik, hahahaha.. karena di satu sisi, si pengarang seakan berada di luar cerita, tapi di sisi lain seolah dia ada di dalam cerita yang dia buat itu, huaa.. kereenn! 


Sedikit banyak sepertinya gua mengadaptasi gayanya tanpa sadar, hahaha.. karena dalam mosting itu gua suka seperti "bercakap2" walau ngga ada juga orang yang gua ajak ngomong secara langsung khan?


Hal lainnya yang gua suka dari E. Nesbit adalah.. dia memadukan hal2 magis dengan orang2 biasa.. di sini sih ngga ada, haha, tapi coba dhe baca buku2nya yang lain maka kalian akan menemukan hal yang gua ceritain itu.


Anywayy.. selalu ada perasaan senang sehabis membaca buku bagus, and ini buku termasuk buku yang meninggalkan kesan, lama setelah gua pertama membacanya, walau yaahh.. kalo soal urusan jalan cerita dllsb, mungkin emang bawaan gua yang pelupa jadi kadang sering juga ngga inget, hahaha.. tapi gua selalu inget mana2 aja buku yang berkesan :))


Tertarik? Yukk aahh, buruan cari, semoga kalian berhasil mendapatkannya dan tenggelam dalam dunia kecil Roberta, Peter dan Phyllis, banyak hal yang bisa dipelajari dari mereka lhoo ^o^


Kamis 5/4 (12:22 pm)


-Indah-

2 raindrops:

asdewi said...

Ini buku jg selalu jadi favorit gw, ndah. Masih terawat baik ampe sekarang dari sejak pertama gw beli waktu SD dulu.
Senang jg GPU terbitkan ulang.
Mudah2an GPU mo nerbitin ulang novel2 anak bagus jaman dulu

-Indah- said...

Gua juga sukaa ama nih buku, Wii.. udah berkali2 baca juga tetap aja ngerasa nih buku bagus, hahaha :D

Yoii.. semoga makin banyak buku2 anak yang diterbitin ulang, elo ada rekomendasi judul lain?

Post a Comment

thank you for coming and reading.. would love to hear your thoughts on the related post ;)