Gambar diambil dari :
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2333255&page=63
Topic starter : Selasa, 2 November 2010 (6:00 pm)
Niat mo mengurangi waktu online untuk memfokuskan diri membaca and nonton film belon sepenuhnya bisa terlaksanakan, ahahahaha.. Abis godaan online itu masih terasa amat sangaaatt menggoda :p
Anywayy.. gua udah berhasil nonton 1 film, yeaahh.. Film lepas berjudul "Fame", kalo ngga salah sih jaman dulu ituu ada serial TV-nya lhoo.. Mengisahkan tentang perjuangan siswa siswi sekolah seni untuk menggapai mimpi mereka menjadi orang terkenal.
Gua ngga akan menceritakan jalan cerita dari film ini tapi gua akan menceritakan beberapa part dari film ini yang menurut gua berkesan boo..
Yang pertama adalah ketika si Jenny menceritakan tentang perpisahan kedua orangtuanya. Jenny bilang, "Ada 3 hal yang dikatakan orangtuaku ketika mereka berpisah. Yang pertama adalah.. itu bukan salahku. Yang kedua adalah.. itu bukan salahku. Dan yang ketiga adalah.. itu bukan salahku! Tapi mana ada anak yang berada dalam situasi seperti itu yang bisa merasa bahwa itu bukan salah mereka ketika orangtua mereka berpisah?! Gua melihat foto2 ketika mereka baru menikah. Mereka saling tersenyum sambil memandang satu sama lain, atau setidaknya mereka saling memandang, sementara sekarang? Dan apa yang membedakan dulu dan sekarang?! Tentu saja adalah kehadiranku! Karena aku ada di antara mereka maka orangtuaku menjadi lebih cepat marah satu sama lain."
Hiks hiks huaa.. pas adegan ini tuh mengharukan bangets dhe aww, huhuhu..
Perpisahan.. perpisahan itu selalu ngga mudah, apalagi ketika ada dalam posisi sang anak yang menyayangi kedua orangtuanya, terlebih ketika dia diharuskan memilih salah satu di antara mereka untuk tinggal bersama, karena memilih yang satu berarti harus melepaskan yang lain, and mau ngga mau mungkin akan merasa mengkhianati pihak yang ngga dipilih.. belon lagi kalo kedua orangtua bertengkar mengenai siapa yang harus mengurus anak tersebut, bukan karena mereka saling berebutan pengen berdekatan dengan sang anak, tapii justru karena masing2 itu ngga mau diribetin ama urusan anak yang bisa menghambat langkah kehidupan mereka yang baru pasca perpisahan, ohh.. tidakkah itu akan menimbulkan perasaan ngga diinginkan dalam diri sang anak?! Huhuhu..
Cerita yang lainnya adalah ketika si Malik itu sepertinya sosok pria muda yang menyimpan kemarahan dalam dirinya yang mana ada banyak perasaan yang ditekannya dan tidak pernah dibiarkannya keluar sehingga semuanya disimpan sendiri dan membuatnya menjadi sosok orang yang getir dalam memandang kehidupan.
Ada salah satu perkataan gurunya yang berkesan bangets, "Semua hal yang terjadi, semua hal yang elo sesali, semua hal yang ingin elo rubah, that's part of who you are.. if you deny that one, then you're nothing, even to yourself!"
Huaa.. gua lupa sih tepatnya kata2nya itu gimana, tapi menurut gua kata2 itu kereeenn!
Banyak mungkin yang ngga bisa jujur pada dirinya sendiri mengenai apa yang dirasakannya, ataupun hal2 yang disesalinya telah dilakukannya, mengingat konsekuensi yang harus ditanggungnya seumur hidup pasca perbuatannya itu, karenanya kesannya mungkin orang tersebut belajar menerima dan lapang dada terhadap 'kesalahan' yang dilakukannya tapi dalam hati kecilnya itu masih terus saja menyalahkan dirinya sendiri, tapi ngga mau mengakuinya.
Hmm.. kalo ama diri kita sendiri aja yang all the time menemani diri dalam menghadapi setiap kejadian, kita masih juga ngga bisa jujur akan perasaan kita sendiri, gimana ke orang lain yaa?
Lanjutt..
Cerita lainnya adalah ketika Kevin yang bercita2 menjadi penari balet profesional, bahkan ia sampai meninggalkan kota kelahirannya demi mengejar mimpi, lalu di akhir tahun pendidikannya, ia meminta guru tarinya untuk memberikan surat rekomendasi untuk memuluskan langkahnya dalam meniti karir selepas merampungkan pendidikannya.
Tapi ternyata kenyataan yang harus dihadapi Kevin itu bertolak belakang dengan harapannya! Bukannya memberikan surat rekomendasi, sang guru malah menyuruhnya untuk melepaskan mimpinya dan beralih profesi menjadi guru tari aja!
Kevin remuk redam ketika menyadari mimpinya hancur berkeping2 dan impian untuk menjadi penari balet profesional pupuslah sudah. Keputusasaan itu membuatnya amat sangat sedih dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melemparkan dirinya di hadapan kereta yang tengah melaju!
Untungnya, satu dari ketiga sahabatnya menyadari perbuataannya dan dua di antara mereka berlari menariknya sebelum tubuhnya terjatuh ke lintasan kereta api itu.
Huaa.. pas adegan itu berasa gimana yaa? Rasanya jadi guru, well.. ngga cuman guru aja sih, tapi jadi orang itu emang musti hati2 dalam mengeluarkan perkataan yaa, karena kita ngga pernah tau seberapa dalam efek omongan kita ke orang lain, dan betapa rapuhnya jiwa yang mendengarkan ucapan pedas yang keluar dari mulut kita, betapapun maksud kita itu sebenarnya mungkin baik and ngga berniat mencelakakannya.
Guru itu juga ngga sepenuhnya salah sih.. karena kalo udah terbiasa menangani bibit2 berpotensi githu khan matanya lebih terasah untuk melihat mana yang bisa bersinar di kalangan profesional, mana yang lebih baik berpikir ulang daripada menghabiskan hidup mereka mengejar sesuatu yang hanya akan membuat mereka selalu berada di lapisan kedua, padahal kalo mo banting setir dikits tuh mereka bisa jadi yang terbaik di bidang yang mereka tekuni.
Ada juga tentang Denise yang sejak kecil 'dipaksa' orangtuanya, terutama oleh sang ayah, untuk menekuni piano klasik dan walaupun Denise memang dianggap berbakat di bidang itu, namun Denise menyadari bahwa hatinya ngga ada di sana, dia menginginkan yang lebih dari sekedar bermain piano dan hanya menjadi satu di antara sekian banyak anggota yang bermain dalam suatu orkestra.
Denise menginginkan cahaya yang fokus menyirami dirinya, dan itu ditemukannya ketika berkolaborasi menyanyi hip hop dengan kedua rekannya. Sang ayah tetap tidak mau menerima keputusan Denise dan mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah walau masa studi Denise hanya tinggal 3 bulan lagi sebelum berakhir, namun sang ibu dengan tegas mengatakan bahwa Denise harus tetap bersekolah di sana dan ia boleh menentukan sendiri jalan mana yang diinginkannya, karena ibunya menyadari bahwa Denise tidak pernah sebahagia itu ketika bermain piano namun ketika menyanyi di atas panggung, dirinya terlihat begitu bercahaya.
Ahh.. kasus klasik.. berapa banyak orangtua yangn memaksakan kehendak mereka pada anak2nya tanpa mau mendengarkan apa sebenarnya yang menjadi keinginan dan impian mereka.
Dan juga ada beberapa adegan lainnya yang juga menarik, jadi jadii? Minat nonton nggaa?
Nonton aja dhee.. ngga rugi kok, lagu2nya enak and nari2nya juga keren :D
Selamat menonton..
Topic ended : Selasa, 2 November 2010 (6:42 pm)
-Indah-
a wonderer soul
Niat mo mengurangi waktu online untuk memfokuskan diri membaca and nonton film belon sepenuhnya bisa terlaksanakan, ahahahaha.. Abis godaan online itu masih terasa amat sangaaatt menggoda :p
Anywayy.. gua udah berhasil nonton 1 film, yeaahh.. Film lepas berjudul "Fame", kalo ngga salah sih jaman dulu ituu ada serial TV-nya lhoo.. Mengisahkan tentang perjuangan siswa siswi sekolah seni untuk menggapai mimpi mereka menjadi orang terkenal.
Gua ngga akan menceritakan jalan cerita dari film ini tapi gua akan menceritakan beberapa part dari film ini yang menurut gua berkesan boo..
Yang pertama adalah ketika si Jenny menceritakan tentang perpisahan kedua orangtuanya. Jenny bilang, "Ada 3 hal yang dikatakan orangtuaku ketika mereka berpisah. Yang pertama adalah.. itu bukan salahku. Yang kedua adalah.. itu bukan salahku. Dan yang ketiga adalah.. itu bukan salahku! Tapi mana ada anak yang berada dalam situasi seperti itu yang bisa merasa bahwa itu bukan salah mereka ketika orangtua mereka berpisah?! Gua melihat foto2 ketika mereka baru menikah. Mereka saling tersenyum sambil memandang satu sama lain, atau setidaknya mereka saling memandang, sementara sekarang? Dan apa yang membedakan dulu dan sekarang?! Tentu saja adalah kehadiranku! Karena aku ada di antara mereka maka orangtuaku menjadi lebih cepat marah satu sama lain."
Hiks hiks huaa.. pas adegan ini tuh mengharukan bangets dhe aww, huhuhu..
Perpisahan.. perpisahan itu selalu ngga mudah, apalagi ketika ada dalam posisi sang anak yang menyayangi kedua orangtuanya, terlebih ketika dia diharuskan memilih salah satu di antara mereka untuk tinggal bersama, karena memilih yang satu berarti harus melepaskan yang lain, and mau ngga mau mungkin akan merasa mengkhianati pihak yang ngga dipilih.. belon lagi kalo kedua orangtua bertengkar mengenai siapa yang harus mengurus anak tersebut, bukan karena mereka saling berebutan pengen berdekatan dengan sang anak, tapii justru karena masing2 itu ngga mau diribetin ama urusan anak yang bisa menghambat langkah kehidupan mereka yang baru pasca perpisahan, ohh.. tidakkah itu akan menimbulkan perasaan ngga diinginkan dalam diri sang anak?! Huhuhu..
Cerita yang lainnya adalah ketika si Malik itu sepertinya sosok pria muda yang menyimpan kemarahan dalam dirinya yang mana ada banyak perasaan yang ditekannya dan tidak pernah dibiarkannya keluar sehingga semuanya disimpan sendiri dan membuatnya menjadi sosok orang yang getir dalam memandang kehidupan.
Ada salah satu perkataan gurunya yang berkesan bangets, "Semua hal yang terjadi, semua hal yang elo sesali, semua hal yang ingin elo rubah, that's part of who you are.. if you deny that one, then you're nothing, even to yourself!"
Huaa.. gua lupa sih tepatnya kata2nya itu gimana, tapi menurut gua kata2 itu kereeenn!
Banyak mungkin yang ngga bisa jujur pada dirinya sendiri mengenai apa yang dirasakannya, ataupun hal2 yang disesalinya telah dilakukannya, mengingat konsekuensi yang harus ditanggungnya seumur hidup pasca perbuatannya itu, karenanya kesannya mungkin orang tersebut belajar menerima dan lapang dada terhadap 'kesalahan' yang dilakukannya tapi dalam hati kecilnya itu masih terus saja menyalahkan dirinya sendiri, tapi ngga mau mengakuinya.
Hmm.. kalo ama diri kita sendiri aja yang all the time menemani diri dalam menghadapi setiap kejadian, kita masih juga ngga bisa jujur akan perasaan kita sendiri, gimana ke orang lain yaa?
Lanjutt..
Cerita lainnya adalah ketika Kevin yang bercita2 menjadi penari balet profesional, bahkan ia sampai meninggalkan kota kelahirannya demi mengejar mimpi, lalu di akhir tahun pendidikannya, ia meminta guru tarinya untuk memberikan surat rekomendasi untuk memuluskan langkahnya dalam meniti karir selepas merampungkan pendidikannya.
Tapi ternyata kenyataan yang harus dihadapi Kevin itu bertolak belakang dengan harapannya! Bukannya memberikan surat rekomendasi, sang guru malah menyuruhnya untuk melepaskan mimpinya dan beralih profesi menjadi guru tari aja!
Kevin remuk redam ketika menyadari mimpinya hancur berkeping2 dan impian untuk menjadi penari balet profesional pupuslah sudah. Keputusasaan itu membuatnya amat sangat sedih dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melemparkan dirinya di hadapan kereta yang tengah melaju!
Untungnya, satu dari ketiga sahabatnya menyadari perbuataannya dan dua di antara mereka berlari menariknya sebelum tubuhnya terjatuh ke lintasan kereta api itu.
Huaa.. pas adegan itu berasa gimana yaa? Rasanya jadi guru, well.. ngga cuman guru aja sih, tapi jadi orang itu emang musti hati2 dalam mengeluarkan perkataan yaa, karena kita ngga pernah tau seberapa dalam efek omongan kita ke orang lain, dan betapa rapuhnya jiwa yang mendengarkan ucapan pedas yang keluar dari mulut kita, betapapun maksud kita itu sebenarnya mungkin baik and ngga berniat mencelakakannya.
Guru itu juga ngga sepenuhnya salah sih.. karena kalo udah terbiasa menangani bibit2 berpotensi githu khan matanya lebih terasah untuk melihat mana yang bisa bersinar di kalangan profesional, mana yang lebih baik berpikir ulang daripada menghabiskan hidup mereka mengejar sesuatu yang hanya akan membuat mereka selalu berada di lapisan kedua, padahal kalo mo banting setir dikits tuh mereka bisa jadi yang terbaik di bidang yang mereka tekuni.
Ada juga tentang Denise yang sejak kecil 'dipaksa' orangtuanya, terutama oleh sang ayah, untuk menekuni piano klasik dan walaupun Denise memang dianggap berbakat di bidang itu, namun Denise menyadari bahwa hatinya ngga ada di sana, dia menginginkan yang lebih dari sekedar bermain piano dan hanya menjadi satu di antara sekian banyak anggota yang bermain dalam suatu orkestra.
Denise menginginkan cahaya yang fokus menyirami dirinya, dan itu ditemukannya ketika berkolaborasi menyanyi hip hop dengan kedua rekannya. Sang ayah tetap tidak mau menerima keputusan Denise dan mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah walau masa studi Denise hanya tinggal 3 bulan lagi sebelum berakhir, namun sang ibu dengan tegas mengatakan bahwa Denise harus tetap bersekolah di sana dan ia boleh menentukan sendiri jalan mana yang diinginkannya, karena ibunya menyadari bahwa Denise tidak pernah sebahagia itu ketika bermain piano namun ketika menyanyi di atas panggung, dirinya terlihat begitu bercahaya.
Ahh.. kasus klasik.. berapa banyak orangtua yangn memaksakan kehendak mereka pada anak2nya tanpa mau mendengarkan apa sebenarnya yang menjadi keinginan dan impian mereka.
Dan juga ada beberapa adegan lainnya yang juga menarik, jadi jadii? Minat nonton nggaa?
Nonton aja dhee.. ngga rugi kok, lagu2nya enak and nari2nya juga keren :D
Selamat menonton..
Topic ended : Selasa, 2 November 2010 (6:42 pm)
-Indah-
a wonderer soul
0 raindrops:
Post a Comment
thank you for coming and reading.. would love to hear your thoughts on the related post ;)