Gambar diambil dari :
http://s.chakpak.com/se_images/133051_-1_564_none/sad-wallpaper.jpg
Topic starter : Senin, 15 Februari 2010 (5:39 pm)
Gua itu pencinta happy ending. Titik.
Temen gua, si Lalaa, suatu hari pernah bilang ke gua : Tapi, Ndahh.. as a writer, making a sad ending story itu lebih menyenangkan!
Eh, Laa.. maap yaa, gua lupa kata2 elo persisnya gimana, ahahaha :p
Tapi kurang lebih githu dhee..
But tetepp.. gua lebih cintaa happy ending!
Sampai akhirnya gua menulis cerita and gua baru "ngerti" apa yang dimaksudkan oleh Lalaa..
-paused : 15 Februari 2010 (5:49 pm)-
Topic continues : Senin, 15 Februari 2010 (10:44 pm)
Bikin cerita yang sedih itu emang lebih memungkinkan untuk mengaduk emosi pembaca dan membuat mereka "terikat" dalam jalinan cerita yang kita rangkai.
But I've been asking myself this question lately..
How far am I willing to go without violating my own principles?
Karena like it or not.. whatever we write itu membawa sepotong "jiwa" dalam diri kita.
Should I write something that I'm against?
Should I be the one who ruins the picture perfect image I have in my head?
Apa yang ada di otak gua sekarang ini adalah situasi yang sepertinya paling "pas" untuk tokoh gua, masalahnyaa.. situasi itu rada bertentangan dengan my own beliefs.. the "ideal" way of life should be, huhuhu..
Ngeselin kalo idealisme udah stand in the way!
Mungkin itu yang menyebabkan apa yang selama ini berkeliaran di dalam kepala susah untuk "diturunkan" ke dalam rangkaian kata2 yang lebih bisa gua mengerti dibanding hanya gambaran abstrak di otak, karena in a way I'm against apa yang udah tersusun di otak, wakakakak..
Ribet amat seeh!! :p
Aaahh.. I've just realized something!
Mungkin itu sebabnya selama ini gua kalo bikin cerita itu jarang menemui "akhiran" karena ide yang bermain dalam otak itu sometimes bertentangan dengan apa yang gua mau, huahahaha..
Amplop dhe aww kalo gini terus mah kapan kelarnyaa?!
Tapii.. itu ngga perlu terlalu dipusingin dulu dhee.. yang penting biarkan mengalir, mo dibawa ke mana terserah aja toh nanti bisa diganti kalo emang bener2 ngeganggu, ahahaha.. daripada terus ditunda2 karena mikirin hal ini, walahh.. bisa kaya debat duluan mana antara telur dan ayam!! :p
So, Indaahh?
Tetap semangaaatt!! ^o^
With or without happy ending, sebuah akhiran adalah tujuan yang harus dicapai, hihihi :p
Topic ended : 15 Februari 2010 (11:18 pm)
-Indah-
the soul traveller
Gua itu pencinta happy ending. Titik.
Temen gua, si Lalaa, suatu hari pernah bilang ke gua : Tapi, Ndahh.. as a writer, making a sad ending story itu lebih menyenangkan!
Eh, Laa.. maap yaa, gua lupa kata2 elo persisnya gimana, ahahaha :p
Tapi kurang lebih githu dhee..
But tetepp.. gua lebih cintaa happy ending!
Sampai akhirnya gua menulis cerita and gua baru "ngerti" apa yang dimaksudkan oleh Lalaa..
-paused : 15 Februari 2010 (5:49 pm)-
Topic continues : Senin, 15 Februari 2010 (10:44 pm)
Bikin cerita yang sedih itu emang lebih memungkinkan untuk mengaduk emosi pembaca dan membuat mereka "terikat" dalam jalinan cerita yang kita rangkai.
But I've been asking myself this question lately..
How far am I willing to go without violating my own principles?
Karena like it or not.. whatever we write itu membawa sepotong "jiwa" dalam diri kita.
Should I write something that I'm against?
Should I be the one who ruins the picture perfect image I have in my head?
Apa yang ada di otak gua sekarang ini adalah situasi yang sepertinya paling "pas" untuk tokoh gua, masalahnyaa.. situasi itu rada bertentangan dengan my own beliefs.. the "ideal" way of life should be, huhuhu..
Ngeselin kalo idealisme udah stand in the way!
Mungkin itu yang menyebabkan apa yang selama ini berkeliaran di dalam kepala susah untuk "diturunkan" ke dalam rangkaian kata2 yang lebih bisa gua mengerti dibanding hanya gambaran abstrak di otak, karena in a way I'm against apa yang udah tersusun di otak, wakakakak..
Ribet amat seeh!! :p
Aaahh.. I've just realized something!
Mungkin itu sebabnya selama ini gua kalo bikin cerita itu jarang menemui "akhiran" karena ide yang bermain dalam otak itu sometimes bertentangan dengan apa yang gua mau, huahahaha..
Amplop dhe aww kalo gini terus mah kapan kelarnyaa?!
Tapii.. itu ngga perlu terlalu dipusingin dulu dhee.. yang penting biarkan mengalir, mo dibawa ke mana terserah aja toh nanti bisa diganti kalo emang bener2 ngeganggu, ahahaha.. daripada terus ditunda2 karena mikirin hal ini, walahh.. bisa kaya debat duluan mana antara telur dan ayam!! :p
So, Indaahh?
Tetap semangaaatt!! ^o^
With or without happy ending, sebuah akhiran adalah tujuan yang harus dicapai, hihihi :p
Topic ended : 15 Februari 2010 (11:18 pm)
-Indah-
the soul traveller
2 raindrops:
Indah, saya punya quote yg cocok untuk suasana entri ini, bunyinya begini: Aku menulis sebab[...]Tidak satu orang pun bahkan dewa sekalipun dapat mengambil kebebasan dan keleluasaan itu dariku. Hanya aku dan pikirankulah yang menjadi pagar atau pintu, menjadi pembatas atau pembebas.
Saya memang mengamati bahwa, begitu saya mulai menulis dan menghidupkan tokoh2, maka, perasaan dan pikiran kita sendiri mulai saling bernegosiasi sendiri, ada pro ada kontra, ternyata menjadi seorang penentu nasib itu tidak mudah ya?
maka, perasaan dan pikiran kita sendiri mulai saling bernegosiasi sendiri, ada pro ada kontra, ternyata menjadi seorang penentu nasib itu tidak mudah ya?
----
bener bangets mbak Ge, Indah..
nompang baca dan mikir...
Post a Comment
thank you for coming and reading.. would love to hear your thoughts on the related post ;)